Kabarreskrim.net // Padang
Suasana hening menyelimuti halaman RS Bhayangkara Padang, Kamis (4/12/2025). Di tengah lalu-lalang petugas medis dan tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri, keluarga korban banjir bandang Sumatera Barat terlihat duduk berkelompok, menanti kabar yang akan menentukan hidup mereka. Di tengah ketegangan itu, Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo tiba untuk memastikan proses identifikasi berjalan cepat, manusiawi, dan transparan.
Komjen Dedi langsung menuju ruang pelayanan DVI. Satu per satu, ia memeriksa prosedur, mendengarkan laporan teknis dari tim Inafis, hingga meninjau kesiapan ruang antemortem dan post-mortem. Namun, perhatian utamanya tertuju pada para keluarga korban yang sejak pagi menunggu kepastian identitas orang-orang tercinta.
Tak lama kemudian, ia memanggil salah satu keluarga ke ruang penyerahan dokumen. Dengan nada pelan namun tegas, ia menyerahkan dokumen hasil identifikasi jenazah dan surat kematian.
“Saya mewakili Bapak Kapolri menyampaikan turut berduka cita ya, Pak. Mohon tetap tabah dan sabar menghadapi cobaan ini,” ujar Komjen Dedi sambil menggenggam tangan keluarga korban.
Pernyataan itu disambut lirih.
“Iya, terima kasih, Pak,” ucap perwakilan keluarga, mencoba menahan tangis.
Perlombaan dengan Waktu dan Kondisi Jenazah
Dalam keterangannya kepada media, Komjen Dedi menjelaskan bahwa kecepatan identifikasi menjadi hal krusial dalam situasi bencana besar seperti banjir bandang di Sumbar. Semakin lama jenazah menunggu proses identifikasi, semakin sulit pula kondisi tubuh untuk dipastikan identitasnya.
“Identifikasi ini harus dilakukan sesegera mungkin. Kita kasihan kalau korban terlalu lama. Semakin ke depan kondisi jenazah semakin tidak baik,” tegasnya.
Menurutnya, metode paling cepat dan akurat adalah identifikasi melalui sidik jari. Selama sidik jari masih dapat terbaca, tim Inafis bisa memberikan hasil dalam waktu singkat dengan akurasi mencapai 99 persen.
“Salah satu kecepatan DVI terletak pada sidik jari. Jika masih bisa kami baca, prosesnya jauh lebih cepat. Tingkat akurasinya 99 persen,” jelas mantan Kadiv Humas Polri itu.
Setelah tahap sidik jari, data antemortem dari keluarga—seperti ciri fisik, foto, hingga catatan medis—akan dicocokkan dengan data post-mortem untuk memastikan identitas tanpa keraguan.
“Jika data post-mortem dan antemortem identik, maka hasilnya langsung bisa dirilis hari ini,” tambah Komjen Dedi.
Korban Meninggal Bertambah
Sementara itu, dari pusat komando kebencanaan nasional, kabar duka kembali datang. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, melaporkan bahwa jumlah korban meninggal kembali mengalami lonjakan signifikan.
“Cut off pukul 16.00 WIB, saya laporkan bahwa hingga sore ini jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 836 jiwa,” ujar Abdul Muhari dalam konferensi pers.
Lonjakan angka ini menambah tekanan bagi tim DVI Polri, BNPB, dan seluruh unsur SAR yang bekerja tanpa henti sejak banjir bandang menerjang belasan kecamatan di Sumatera Barat.
Upaya yang Terus Berjalan
Meski situasi penuh duka, Komjen Dedi memastikan bahwa Polri, TNI, BNPB, Basarnas, dan pemerintah daerah tidak akan menghentikan operasi sebelum seluruh korban teridentifikasi dan keluarga mendapatkan kepastian.
“Ini bukan hanya tugas kemanusiaan, tetapi komitmen negara untuk hadir di tengah warganya yang sedang mengalami musibah,” katanya.
Di halaman RS Bhayangkara Padang, keluarga-keluarga korban kembali melanjutkan penantian mereka. Di balik air mata, ada harapan bahwa setiap proses verifikasi identitas akan memberikan kejelasan, sekaligus penutup luka paling awal bagi mereka yang ditinggalkan. ( Endang S)









