Kabarreskrim.net // Muba
Di tengah tantangan medan yang berat, pengabdian para pendidik anak usia dini (PAUD) di daerah terpencil seringkali menjadi cerita yang tak tersentuh. Salah satunya adalah kisah memilukan dari seorang guru di Kelompok Bermain (KB)Kasih Ibu di desa Rukun Rahayu Kecamatan jirak jaya, Musi Banyuasin. Selama 14 tahun, ia mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan anak bangsa, bahkan harus melewati jalan tanah berlumpur untuk mencapai ke sekolah.
Namun, pengorbanan tersebut berbanding terbalik dengan apresiasi kesejahteraan yang diterima.
🔥 Gaji yang Turun Drastis, 11 Bulan Tanpa Pemasukan
Kondisi finansial sang guru menunjukkan realitas yang sangat memprihatinkan. Berikut adalah kronologi insentif yang pernah ia terima:
– Tahun Pertama: Tidak mendapat gaji sama sekali.
– Tahun Kedua: Menerima honor sebesar Rp300.000 per bulan.
– Tahun Ketiga: Honor sempat naik menjadi Rp500.000 per bulan.
– Kondisi Terbaru: Honor kembali turun drastis, dan yang paling parah, sudah 11 bulan terakhir ini ia mengaku tidak mendapatkan gaji sama sekali.
Realitas ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan tenaga pendidik PAUD: “Mengapa khusus PAUD tidak sama sekali dilihat? Bahkan tidak ada tambahan sedikitpun bantuan kesejahteraan tenaga pendidik?”
💔 Tuntutan Kesetaraan dan Keadilan
Jalanan berlumpur dan pengabdian tanpa gaji selama berbulan-bulan menjadi simbol perjuangan para guru yang berada di garis depan pendidikan awal. Padahal, kualitas pendidikan anak usia dini sangat krusial dalam membentuk karakter dan dasar kompetensi generasi mendatang.
Tenaga pendidik PAUD di daerah ini merasa dianaktirikan dibandingkan jenjang pendidikan lain. Mereka menyuarakan harapan yang sangat mendasar:
”Harapan tenaga pendidik khusus PAUD ingin diperlakukan sama tanpa ada perbedaan sedikit pun dalam hal kesejahteraan. Kami juga mengemban tugas negara dan mengorbankan waktu serta tenaga, terutama di lokasi yang sulit dijangkau.” (Enis)
