Kabarreskrim.net // Surabaya
Situasi aksi demonstrasi dan kegaduhan di berbagai daerah di Indonesia belakangan ini dinilai bukanlah peristiwa yang muncul secara tiba-tiba. Hal itu diungkapkan oleh Ken Bimo Sultoni, Dosen Universitas Negeri Surabaya sekaligus Peneliti Politik Keamanan dari Sygma Research and Consulting, melalui pesan WhatsApp kepada wartawan kabarreskrim.
Menurut Bimo, rangkaian aksi tersebut dipicu oleh berbagai isu yang sempat mengemuka, seperti fenomena pengibaran bendera “One Piece”, gerakan “Kabur Aja Dulu”, hingga narasi “Indonesia Gelap”. Isu-isu itu, kata dia, sesungguhnya lahir dari keresahan dan kekhawatiran masyarakat terhadap situasi bangsa.
“Dalam konteks demokrasi, penyampaian pendapat masyarakat adalah hal wajar. Namun menjadi tidak wajar ketika aksi tersebut bergeser ke arah tindakan anarkis, seperti perusakan fasilitas dan penjarahan. Itu menunjukkan ada pihak-pihak yang menunggangi momentum untuk kepentingannya,” ujarnya.
Bimo menilai gelombang unjuk rasa ini merupakan kulminasi dari kejenuhan masyarakat dalam menyikapi kondisi negara. Karena itu, menurutnya, pemerintah, para wakil rakyat, dan seluruh elemen bangsa perlu melakukan introspeksi.
“Jangan hanya melihatnya sebatas tindakan anarkis semata. Kita harus membaca fenomena ini dalam konteks yang lebih luas. Ada masalah besar yang melatarbelakangi, dan pemerintah harus tanggap, bukan sekadar menindak pelaku, tetapi juga membenahi sistem dan kondisi yang terjadi saat ini,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bimo mengingatkan agar seluruh pihak dapat menahan diri dan tidak terprovokasi. Ia menilai aksi anarkis bisa menguntungkan pihak-pihak tertentu yang sulit diidentifikasi.
“Ke depan, saya berharap semua pihak mampu menjaga situasi agar tidak terulang. Karena kita tidak tahu siapa yang diuntungkan dari tindakan-tindakan anarkis ini,” pungkasnya. (Fredo)