Kabarreskrim.net // Probolinggo
Fenomena pernikahan dini masih menjadi persoalan sosial di sejumlah kelurahan di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Sejumlah remaja perempuan yang baru lulus dari SMP atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) memilih tidak melanjutkan pendidikan karena sudah dilamar. Sebagian orang tua bahkan masih beranggapan bahwa bagi anak perempuan, yang penting “sudah pernah sekolah”.
Kepala MTs Nusantara Sumbertaman, Ihya’ Aminuddin, S.Ag., menilai pandangan semacam itu dapat menghambat masa depan generasi muda, terutama perempuan, dalam meraih kemandirian dan cita-cita.
Sebagai langkah konkret, MTs Nusantara menjalin kerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Wonoasih yang dipimpin Hasbi Sidiq, S.Sos.I. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dilaksanakan di lingkungan madrasah dan dihadiri oleh Sairu, Koordinator Penyuluh Kementerian Agama (Kemenag) Kota Probolinggo, serta para guru dan staf KUA.
Melalui kerja sama tersebut, KUA akan memberikan pembinaan dan motivasi kepada siswa-siswi MTs Nusantara. Program difokuskan pada peningkatan kesadaran tentang risiko pernikahan dini, pentingnya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, serta pembekalan nilai-nilai agama dan moral.
“Kami ingin menanamkan kesadaran sejak dini bahwa menunda pernikahan bukan berarti menolak takdir, melainkan bentuk ikhtiar agar siap lahir dan batin,” ujar Hasbi Sidiq dalam sambutannya.
Ihya’ menambahkan, kerja sama ini diharapkan mampu membuka wawasan para siswa dan orang tua agar lebih memahami pentingnya pendidikan.
“Perempuan yang berpendidikan akan menjadi ibu yang cerdas bagi anak-anaknya. Karena itu, kami ingin memutus rantai pemikiran bahwa sekolah cukup sampai MTs saja,” tegasnya.
Melalui MoU ini, MTs Nusantara dan KUA Wonoasih berkomitmen membangun sinergi untuk melahirkan generasi muda yang berilmu, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan masa depan. (Fredo Rivanda)
