Menjaga Nafas Adat Di Solok Selatan Istano Baloen Gelar Musyawarah Besar Untuk Penentuan Turun Ke Sawah Dan Penetapan Ritual Bantai Kerbau

banner 728x90

Kabarreskrim.net // Solok Selatan

Di bawah rindang pepohonan tua dan dinding kayu yang telah menyimpan ratusan jejak sejarah, Istano Baloen kembali menjadi pusat denyut adat di Solok Selatan. Pada Rabu (19/11), para niniak mamak, kepala suku, serta tokoh adat dari berbagai penjuru Diateh Parik, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) berkumpul untuk satu agenda penting: musyawarah adat penetapan ritual membantai kerbau sebagai tanda “kabau turun ke sawah”.

Bacaan Lainnya

Ritual tersebut bukan sekadar upacara simbolik, tetapi juga menjadi penanda resmi dimulainya musim tanam bagi masyarakat di Kapalo Banda. Tradisi ini sudah hidup berpuluh-puluh generasi, dan tetap dijaga sebagai bagian dari adat lamo pusako usang—adat lama warisan leluhur.

Adat yang Tak Lekang Zaman
Memimpin jalannya musyawarah, Tuanku Rajo Mudo Veandra menegaskan bahwa prosesi ini hanya dapat dilaksanakan dengan mengikuti aturan adat yang telah lama ditetapkan oleh para pendahulu.

“Pelaksanaan akan dilakukan sesuai adat istiadat yang teradatkan. Kita memakai adat lamo pusako usang yang diwariskan ninik moyang,” ujarnya.

Suasana musyawarah berlangsung hening namun hangat, penuh khidmat dan kebersamaan. Para niniak mamak duduk bersila, masing-masing menyampaikan pandangan dengan kehati-hatian khas forum adat. Prinsip sasakik-sasanang, sadanciang-bak basi kembali menjadi dasar pengambilan keputusan—bahwa setiap langkah mesti dijalankan dengan mufakat dan menjaga marwah adat.

Pemilihan Kerbau: Tidak Sekadar Hewan Korban
Salah satu agenda penting yang dibahas adalah penetapan kerbau yang akan dibantai. Dalam adat setempat, pemilihan kabau tidak bisa dilakukan sembarangan. Hewan tersebut harus dipilih melalui persetujuan Inyiak Nan Batigo, tokoh yang memegang kewenangan dalam urusan adat pertanian di wilayah itu.

Tuanku Rajo Mudo Veandra menekankan bahwa keputusan pemilihan kerbau dilakukan secara mufakat, dan pemilik kerbau yang tidak terpilih diminta untuk menerima keputusan tersebut dengan lapang dada.

“Ritual ini bukan hanya soal hewan yang disembelih, tetapi simbol kebersamaan anak nagari dalam memulai musim tanam. Kita berharap prosesi nanti berjalan lancar dan membawa berkah,” katanya.

Dari Musyawarah KAN ke Istano Baloen
Musyawarah ini merupakan tindak lanjut dari keputusan KAN Nagari Pakan Rabaa beberapa waktu lalu. Keputusan tersebut dibawa ke Istano Baloen untuk dibahas lebih mendalam, sebelum akhirnya diputuskan dalam musyawarah lanjutan yang akan digelar pada Jumat, 28 November mendatang. Pada pertemuan itu, hari dan tata pelaksanaan “kabau turun ke sawah” akan ditetapkan secara resmi.

Tokoh Adat Hadir Lengkap
Pertemuan ini dihadiri oleh jajaran lengkap pemangku adat, mulai dari Daulat Yang Dipertuan Tuanku Rajo Bagindo Sutan Bareno, Tuanku Rajo Mudo Veandra, para Sandi Urang Gadang, Manti, Ampang Limo, Inyiak Nan Batigo, Kepala Suku Nan Batujuah, hingga Ketua KAN Nagari Pakan Rabaa Drs. Mulzamra Dt. Rajo Nagaro beserta seluruh pengurus.

Di tengah arus modernisasi yang tak terhindarkan, musyawarah di Istano Baloen ini kembali menunjukkan bagaimana masyarakat Solok Selatan tetap teguh menjaga tradisi. Adat bukan hanya warisan, tetapi juga identitas yang terus hidup, diwariskan dari ruang musyawarah ke ruang sawah, dari generasi ke generasi. (Endang S)

Pos terkait

banner 728x90