Kabarreskrim.net // Purbalingga
Komunitas Dharma Bhakti Patanjala menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan tidak harus mahal dan bisa sejalan dengan tradisi. Melalui kegiatan konservasi mata air dan lahan berbasis budaya, komunitas ini membuktikan bahwa kearifan lokal dapat menjadi solusi berbasis alam (nature-based solution) yang efektif untuk mengatasi krisis iklim.
Upaya Patanjala berfokus pada perlindungan mata air, penghijauan zona tangkapan hujan, dan penguatan aturan adat yang menjaga kawasan sumber air dari penebangan liar dan alih fungsi lahan. Pendekatan ini bukan hanya menjaga ketersediaan air, tetapi juga menyerap karbon dari atmosfer dan mencegah pelepasan karbon yang tersimpan di tanah dan vegetasi.
Menurut Teguh Pratomo, S.E, Koordinator Komunitas Patanjala, kegiatan pelestarian ini dibingkai dalam nilai budaya melalui seni, ritual, dan edukasi masyarakat. “Kami percaya bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga warisan leluhur. Dengan cara ini, masyarakat tidak hanya menanam pohon, tapi juga menanam nilai,” ujarnya.
Pendekatan berbasis budaya seperti yang dilakukan Komunitas Patanjala kini diakui dunia sebagai strategi efektif dalam mitigasi perubahan iklim. Lembaga internasional seperti IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menegaskan bahwa nature-based solutions mampu menyerap emisi karbon sekaligus memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Komunitas Patanjala melaksakan konservasi mata air berbasis budaya untuk menghubungkan pada titik-tituk ekologi khususnya di wilayah Pegunungan Serayu Utara. Pegunungan Serayu Utara adalah jajaran pegunungan yang membentang dari Gunung Slamet hingga Dataran Tinggi Dieng, membentuk tulang punggung (backbone) Jawa Tengah bagian barat. Dalam cerita folkor setempat sering disebut wilayah Pegunungan Simalaya. Secara administratif, ia melintasi beberapa kabupaten mulai dari Purbalingga hingga Banjarnegara, Jawa Tengah.
Pada bulan Desember tahun ini, konservasi mata air berbasis budaya akan dilaksanakan di wilayah Banjaran Cahyana, di Desa Tanalum, Makam, Panusupan hingga Grantung di Purbalingga. Kegiatan selain penanaman pohon dan revitalisasi mata air, akan juga dilaksanakan pembuatan bank pohon dan pengobatan gratis.
Komunitas Dharma Bhakti Patanjala berharap inisiatif ini dapat menginspirasi daerah lain untuk memadukan nilai budaya dan aksi ekologis dalam menjaga sumber daya alam. Alam yang lestari bukan hanya hasil teknologi tinggi, tetapi juga hasil kesadaran yang hidup di tengah masyarakat. (Panji U)









