Kabarreskrim.net // Candipuro, Lampung Selatan
Di bawah langit Juli yang teduh dan semilir angin yang membawa aroma tanah basah, Desa Karya Mulya Sari—desa termuda di Kecamatan Candipuro—merayakan ulang tahun ke-23 sekaligus menyambut Tahun Baru Islam 1447 H dalam acara Bersih Desa bertema: “Merawat Kebersamaan, Membangun Masa Depan.”
Selama dua hari, Rabu (2/7) hingga Kamis (3/7), kawasan pasar desa menjadi ruang kebersamaan yang tak sekadar seremoni. Ia menjelma jadi kenduri kolektif, di mana rakyat dan pemimpin menyatu dalam syukur, gotong royong, dan pelestarian budaya yang makin tergerus zaman.
Karangan Bunga dan Geliat Ekonomi: Simbol Dukungan dan Harapan
Puluhan karangan bunga dari tokoh masyarakat, pelaku usaha, hingga pejabat daerah berdiri berjajar rapi, membingkai lokasi acara seperti pagar kehormatan. Sebuah pemandangan yang mencerminkan apresiasi dan harapan bersama.
Bersamaan dengan itu, ekonomi lokal ikut berdenyut. Warung tenda sederhana menyajikan makanan, mainan, dan produk desa. Ramai, hangat, dan menghidupkan harapan bahwa potensi ekonomi desa bisa terus bertumbuh.
Dari Doa hingga Wayang: Simfoni Rasa dan Warisan
Acara dibuka dengan Pengajian Akbar bersama KH. Muhammad Muslih dari Pondok Pesantren Darul Fattah. Lantunan ayat suci membuka tahun baru Islam dengan harap yang bersih.
Sebanyak 14 anak yatim dan piatu menerima santunan, mengingatkan bahwa pembangunan desa juga soal menjaga nurani sosial.
Prosesi tumpeng dari seluruh RT dan dusun turut menyatukan semangat. Potongan simbolis oleh kepala desa menjadi lambang syukur dan kebersamaan.
Kemudian disambung panggung budaya menyuguhkan Pagelaran Wayang Kulit. Lakon-lakon penuh hikmah dimainkan dalang, menghibur sekaligus menyejukkan batin. Wayang hidup bukan hanya di layar kelir, tapi juga di hati warga yang merawatnya.
Kuda Lumping Menutup dengan Gema Tradisi
Kamis (3/7), puncak acara ditandai dengan pagelaran Kuda Lumping. Irama musik dan atraksi magis menjadi penutup yang meriah, membuktikan bahwa denyut seni tradisional masih kuat bergema di tanah Khagom Mufakat.
Kepala Desa: “Kami Siap Mengejar Ketertinggalan”
Kepala Desa Tarjono menegaskan bahwa kegiatan ini adalah cermin tekad bersama.
“Acara bersih desa ini diharapkan memperkuat keharmonisan warga dan pemerintah desa, agar tantangan bisa dihadapi bersama,” ujarnya.
Ia menambahkan, sebagai desa termuda, Karya Mulya Sari tidak ingin tertinggal.
“Kami berharap dukungan dari kabupaten hingga provinsi terus mengalir, agar pembangunan desa dan ekonomi kerakyatan bisa berjalan maksimal,” pungkasnya.
Lebih dari Tradisi: Sebuah Komitmen Bersama
Bersih Desa bukan sekadar tradisi, melainkan refleksi dari masa lalu yang dihormati, masa kini yang disatukan, dan masa depan yang dibangun bersama. Dari tumpeng hingga tabuhan gamelan, semua berbicara dalam bahasa yang sama: kebersamaan adalah pondasi masa depan. ( Asep M )