Kabarresrim.net // Sumbar
Pernahkah Anda berpikir, apa yang membedakan wartawan profesional dengan penulis biasa di media sosial?
Jawabannya sederhana: pengetahuan, tanggung jawab, dan etika.
Di balik setiap berita yang tayang di media, ada proses panjang yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan prinsip dasar penulisan berita 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How).
Tiga hal inilah yang menjadi “kitab suci” bagi setiap insan pers sejati.
📖 UUD 40/1999 — Payung Hukum Wartawan
UU Pers bukan hanya sekadar aturan. Ia adalah tameng yang melindungi wartawan saat bekerja mencari kebenaran. Di sisi lain, undang-undang ini juga mengingatkan bahwa kebebasan pers tidak boleh digunakan semaunya.
“Kebebasan pers bukan kebebasan tanpa tanggung jawab. Wartawan wajib memahami hukum agar tidak terjebak pada pelanggaran etika,”
— Nezar Patria, Ketua Dewan Pers RI.
Dengan memahami UU ini, wartawan tahu hak dan batasannya — kapan berita bisa dipublikasikan, dan kapan harus ditahan demi kepentingan publik.
🧭 Kode Etik Jurnalistik — Kompas Moral Sang Pena
Seorang wartawan tanpa etika ibarat pengemudi tanpa rambu lalu lintas: cepat, tapi berisiko.
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) mengatur segalanya: dari cara memperoleh informasi, menjaga privasi narasumber, hingga menulis berita tanpa memihak.
“Etika adalah napas jurnalisme. Tanpa etika, berita kehilangan nilai dan kepercayaan,”
— Agus Sudibyo, Anggota Dewan Pers.
Itulah mengapa setiap redaksi sebaiknya menanamkan kembali nilai-nilai KEJ pada reporter mudanya. Karena wartawan yang beretika adalah benteng terakhir dari kebenaran informasi.
🕵️♂️ 5W+1H — Formula Ajaib yang Tak Pernah Usang
Meski zaman sudah serba cepat dan digital, rumus klasik 5W+1H tetap menjadi dasar setiap berita.
Dengan menjawab apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, seorang wartawan bisa menyusun berita yang utuh dan logis.
“Jurnalisme yang baik lahir dari kedisiplinan dalam bertanya dan memverifikasi,”
— Atal S. Depari, anggota Dewan Pers.
Kalimat pendek, jelas, dan lengkap — itulah kunci agar pembaca merasa dekat dengan berita, bukan bingung karenanya.
🗞️ Belajar Sepanjang Karier
Menjadi wartawan bukan profesi instan. Ia adalah perjalanan panjang penuh pembelajaran.
Dari wawancara lapangan, menulis di bawah tekanan, hingga menjaga integritas meski iming-iming datang dari berbagai arah.
“Kartu pers memang bisa dicetak, tapi integritas wartawan dibentuk dari proses panjang,”
— Redaksi Kabareskrim Net.
✨ Penutup: Kembali ke Jati Diri Wartawan
Menulis berita bukan hanya soal siapa duluan tayang. Tapi siapa yang paling benar dan berimbang.
Karena sejatinya, wartawan bukan sekadar penyebar kabar — ia adalah penjaga nurani publik.
Mari bersama, wartawan muda dan senior, kembali meneguhkan semangat jurnalisme sejati:
Berita harus akurat, beretika, dan berpihak pada kebenaran. (Endang S)









