Kabarreskrim.net // Batusangkar
Menjaga sejarah bukan sekadar menyimpan kisah tua di balik lembar buku pelajaran. Ia adalah upaya merawat jati diri, menghidupkan akar nilai, dan menghadirkan kembali kebijaksanaan masa lalu kepada generasi yang tumbuh bersama dunia serba digital.
Dengan semangat itu, rombongan siswa dan guru SMP IT Raudhatul Jannah Kota Payakumbuh melaksanakan kegiatan “Study Budaya” ke Komplek Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar, Sumatera Barat. Perjalanan ini dirancang bukan sebagai rekreasi biasa, tetapi sebagai pengalaman belajar langsung dari sumber sejarah yang masih berdiri tegak.
Kegiatan study budaya ini telah menjadi agenda pembelajaran rutin setiap semester. Sekolah sengaja mengajak para siswa keluar dari lingkungan kelas, menuju lokasi-lokasi yang memiliki nilai sejarah dan edukasi nyata, agar murid tidak hanya mengenal budaya dari buku, tetapi dari pengalaman inderawi yang hidup.
Di Istano Basa Pagaruyung, para siswa diajak memahami struktur adat Minangkabau, filosofi hidup masyarakatnya, hingga simbol-simbol yang tertanam dalam setiap ukiran dan arsitektur rumah gadang. Guru memadukan penjelasan historis, diskusi singkat, dan observasi langsung sehingga para siswa dapat merasakan bahwa sejarah bukan hafalan, tetapi perjalanan yang dapat disentuh.
Kepala Sekolah SMP IT Raudhatul Jannah, Ustaz/Drs. (sesuaikan nama bila ada), menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah penting dalam membentuk karakter peserta didik.
“Kami ingin anak-anak belajar dengan cara yang mereka ingat seumur hidup. Di era teknologi seperti sekarang, mereka butuh pengalaman langsung agar memahami bahwa budaya dan sejarah Minangkabau bukan sekadar materi ujian, tetapi identitas yang harus dijaga,” ujar beliau.
Ia juga menambahkan bahwa penguatan karakter tidak cukup dilakukan di dalam kelas.
“Kami berharap perjalanan seperti ini membuka mata mereka bahwa dunia tidak hanya selebar layar ponsel. Ada nilai, ada akar, ada warisan yang membuat mereka tahu siapa mereka dan dari mana mereka berasal,” tambahnya.
Bagi para siswa, perjalanan ini menjadi momen penting untuk mengenal kembali kebudayaan Minang dari sumbernya. Mereka menyaksikan sendiri kemegahan istana adat, memahami makna setiap ruang, dan mendengar kisah-kisah yang selama ini hanya mereka baca sekilas di buku IPS.
Kegiatan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa merawat budaya adalah tugas bersama. Bukan hanya tanggung jawab ninik mamak dan pemangku adat, tetapi juga generasi muda yang akan melanjutkan estafet sejarah.
Dengan langkah-langkah kecil seperti ini, SMP IT Raudhatul Jannah tidak hanya mendidik siswa menjadi generasi masa depan, tetapi juga generasi yang berakar kuat pada budaya sendiri.
Jika ingin menambahkan kutipan dari guru pendamping atau siswa untuk memperkaya sisi humanis dan emosional, tinggal bilang—siap kupoleskan. (Endang S)









