Gelombang Duka Di Ranah Minang Sumbar Tetapkan Tanggap Darurat 14 Hari BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Belum Usai

banner 728x90

Kabarreskrim.net // Padang

Hujan tak lagi turun sebagai berkah. Dalam sepekan terakhir, langit di Sumatera Barat seolah menumpahkan seluruh isinya tanpa jeda. Sungai-sungai meluap, bukit-bukit retak, dan ratusan rumah kembali menjadi saksi betapa rapuhnya hidup di bawah bayang-bayang bencana alam. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat akhirnya menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari—keputusan yang lahir dari kegentingan yang makin meluas.

Bacaan Lainnya

Namun, peringatan belum selesai. BMKG menegaskan bahwa potensi cuaca ekstrem masih akan mengintai Sumatera Barat dalam beberapa hari ke depan.

Bibit Siklon, Atmosfer Tak Stabil, dan Hujan yang Tak lagi Mengenal Waktu
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menerangkan bahwa biang keladi hujan ekstrem ini adalah bibit siklon tropis 95B yang terbentuk di timur Aceh sejak 21 November 2025. Bibit siklon ini menciptakan pertemuan massa udara yang kuat—membawa kelembapan besar dan memicu hujan deras di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat.

“Suplai uap air yang berlebih membuat atmosfer menjadi sangat labil. Awan-awan hujan tumbuh tebal dan luas, memicu hujan berintensitas tinggi dalam durasi panjang di Sumbar sejak sepekan terakhir,” kata Guswanto, Kamis siang.

Kondisi ini diperparah oleh Indeks Dipole Samudra Hindia (IOD) yang berada pada fase negatif, menambah pasokan kelembapan menuju wilayah barat Indonesia. Hasilnya: hujan turun tanpa henti, siang dan malam, seakan tak memberi waktu bagi tanah untuk sekadar mengering.

Peringatan Beruntun dari BMKG: ‘Jangan Turun ke Lereng, Jangan Dekati Sungai’
BMKG kembali mengeluarkan tiga hari peringatan cuaca ekstrem untuk Sumatera Barat:

26 November 2025
Hujan sangat lebat disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di Pasaman Barat, Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, Padang Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, dan sekitarnya.

27 November 2025
Potensi serupa kembali muncul pada pagi hingga dini hari di wilayah yang hampir sama—tanda bahwa sistem cuaca ekstrem ini belum bergerak menjauh.

28 November 2025
BMKG mengingatkan hujan lebat–sangat lebat dapat berlangsung sejak pagi hingga malam hari. Tanah yang sudah jenuh air diperkirakan akan makin rentan terhadap longsor.

Warga diminta menjauhi sungai, lereng bukit, dan daerah rawan banjir bandang. “Satu jam hujan deras saja bisa mengubah keadaan dalam sekejap,” ujar seorang pejabat BMKG.

Banjir dan Longsor Meluas: 13 Kabupaten/Kota Terpapar, Kerugian Terus Bertambah
Gelapnya cuaca beberapa hari belakangan bukan hanya menutup matahari, tetapi juga menutup harapan sebagian warga. Sedikitnya 13 kabupaten/kota kini telah masuk daftar terdampak bencana.

Sekdaprov Sumbar, Arry Yuswandi, mengatakan bahwa pihaknya telah resmi menetapkan masa tanggap darurat hingga 8 Desember 2025.

“Tim kami masih di lapangan. Kerusakan terus bertambah, begitu juga laporan warga. Status tanggap darurat adalah langkah paling rasional saat ini,” ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat wilayah terdampak meliputi:

Padang Pariaman
Kota Padang
Tanah Datar
Agam
Pesisir Selatan
Kabupaten Solok
Kota Pariaman
Pasaman Barat
Kota Bukittinggi
Kota Solok
Padang Panjang
Limapuluh Kota
Pasaman
Kerugian sementara mencapai Rp 4,9 miliar, namun angka ini diyakini akan meningkat seiring proses verifikasi di lapangan.

“Data bergerak setiap jam. Tim kami masih meninjau jembatan, rumah, fasilitas umum, hingga lahan pertanian yang hancur diterjang banjir dan longsor,” kata Juru Bicara BPBD Sumbar, Ilham Wahab.

Di Tengah Bencana, Warga Tetap Bertahan
Di banyak titik, warga mengevakuasi diri seadanya. Di beberapa kecamatan, orang-orang menghabiskan malam di mushala dan sekolah karena rumah mereka terendam hingga pinggang. Anak-anak menangis ketakutan setiap kali suara gemuruh terdengar dari arah bukit.

Beberapa petani di Tanah Datar hanya bisa menatap sawah mereka yang berubah menjadi danau. Nelayan di Pesisir Selatan tak bisa turun ke laut karena gelombang tinggi. Para ibu di kota Padang sibuk mengeringkan pakaian basah yang tak kunjung kering, sementara bapak-bapak berjaga sepanjang malam, khawatir luapan sungai kembali naik.

Langit Belum Cerah, Tapi Harapan Harus Tetap Dijaga
Meski cuaca ekstrem diperkirakan masih berlangsung, Tim SAR, BPBD, TNI-Polri, hingga relawan lokal terus bergerak. Mereka mendatangi titik-titik terisolasi, mengevakuasi warga lansia, dan mengulurkan makanan hangat di sela dinginnya cuaca.

Sumatera Barat pernah berkali-kali diuji bencana. Namun setiap kali, selalu ada cerita ketangguhan yang menguatkan: tangan-tangan saling membantu, pintu rumah dibuka untuk pengungsi, dan gotong royong yang tak pernah mati.

Bencana kali ini mungkin belum usai, tapi solidaritas warga Minang sekali lagi menunjukkan bahwa sebanyak apa pun air yang turun dari langit, tak akan pernah mampu memadamkan semangat mereka untuk bangkit bersama. (Endang S)

Pos terkait

banner 728x90