Kabarreskrim.net // Bukittinggi
Langkah berani Pemerintah Kota Bukittinggi kembali menyulut semangat budaya di jantung wisata Sumatera Barat. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan legendaris Taman Jam Gadang kini tampil anggun dengan busana adat Minangkabau, menghadirkan sentuhan tradisi yang menyatu dengan denyut ekonomi rakyat dan pesona pariwisata.
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, menyebut inovasi ini bukan sekadar perubahan tampilan, melainkan bentuk penghormatan terhadap warisan budaya Minangkabau sekaligus strategi kreatif memperkuat daya tarik wisata daerah.
“Kami ingin setiap sudut Bukittinggi bercerita tentang budaya. Pedagang pun bagian dari wajah pariwisata kita — mereka harus menjadi duta nilai, bukan sekadar penjual,” ujar Wali Kota dengan penuh keyakinan.
Melalui program ini, Pemkot tidak hanya menyediakan seragam adat dan tanda pengenal resmi, tetapi juga gerobak mini bergaya tradisional yang mempercantik area pedestrian di sekitar Jam Gadang. Petugas Satpol-PP pun diminta mengenakan penutup kepala adat Deta, menambah nuansa kearifan lokal yang menyejukkan mata wisatawan.
Para PKL pria mengenakan Taluak Balango hitam dengan Deta di kepala, sedangkan pedagang perempuan tampak elegan dalam baju kurung atau gamis hitam khas Minang.
Langkah ini telah melibatkan lebih dari 490 pedagang yang tersebar di Jalan Cindua Mato, Minangkabau, Pasar Atas, Pasar Lereng, Jenjang Gudang, hingga area utama Jam Gadang.
“Kami ingin ekonomi rakyat tetap hidup, tapi beradab. Dengan budaya, kita membangun citra Bukittinggi sebagai kota wisata berkarakter,” lanjut Erman Safar.
Inovasi ini menuai sambutan hangat dari wisatawan. Fadli (42), pengunjung asal Pekanbaru, menyebut suasana kawasan Jam Gadang kini jauh lebih tertib, indah, dan bernuansa etnik.
“Rasanya seperti berjalan di kampung adat yang hidup di tengah kota. Para pedagang tampil sopan, rapi, dan penuh senyum. Ini bukti kalau wisata budaya bisa berpadu dengan ekonomi rakyat,” ujarnya terpesona.
Menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran, Pemerintah Kota Bukittinggi berharap konsep “Berbudaya dalam Berdagang” ini akan semakin memperkuat citra kota sebagai ikon wisata budaya dan sejarah di Sumatera Barat.
“Kita ingin setiap wisatawan pulang membawa kesan: di Bukittinggi, budaya bukan tontonan — tapi kehidupan,” pungkas Wali Kota. (Endang S)









